KULIAH PERDANA DAN SYAWALAN: PERGESERAN PARADIGMA GRAVITASI
Gravitasi sering dipahami sebagai gaya yang menyebabkan air hujan bergerak jatuh ke permukaan Bumi. Namun, sebenarnya pemahaman manusia tentang konsep gravitasi terus berubah dari yang sederhana sampai dengan yang lebih kompleks. Untuk itulah Program Studi Magister Pendidikan Fisika (MPFIS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan menyelenggarakan Kuliah Perdana tentang gravitasi. Kuliah Perdana ini diselenggarakan bersamaan dengan Syawalan. Acara berlangsung di Hall Lantai 3 Kampus II UAD dan Live on Youtube Magister Pendidikan Fisika UAD pada 27 April 2024. Dr.rer.nat. Muhammad Farchani Rosyid, M.Si yang menjadi narasumber menyampaikan tajuk “Hikayat Gravitasi: Pergeseran – Pergeseran Paradigma Tentang Gravitasi”. Kuliah perdana dihadiri oleh 50 peserta dari Wakil Dekan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Kemahasiswaan, dan Akademik, Dosen dan Staf S1 dan S2 Pendidikan Fisika, dan Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Fisika, Alumni Magister Pendidikan Fisika.
Kegiatan Kuliah Perdana dan Syawalan bertujuan untuk menjalin silaturahim dan memberikan kontribusi dalam pendidikan fisika. Wakil Dekan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Kemahasiswaan, dan Akademik Bapak Prof. Dr. Suyatno, M.Pd.I. yang juga mewakili Dekan FKIP UAD mengapresiasi terselenggaranya Kuliah Perdana dan Syawalan. Beliau mengharapkan mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Fisika mendapatkan ide-ide untuk penelitian tugas akhir berkaitan dengan gravitasi. Suasana akademik seperti kuliah perdana perlu diselenggarakan secara rutin.
Mahasiswa diajak berkelana secara pemikiran lewat paparan perubahan paradigm gravitasi oleh Dr.rer.nat. Muhammad Farchani Rosyid, M.Si. Pada era Aristoteles, gravitasi dipahami sebagai sebagai wujud salah satu gerak yang disebut gerak alamiah. Semua benda yang mengalami gerak terdapat 4 elemen api, udara, air, dan tanah. Unsur tanah dan air memiliki tempat alamiah di pusat alam semesta, udara di atas alamiah air, api di atas tempat alamiah udara. Tanah dan air jatuh menuju pusat alam semesta, tempat alamiah kedua unsur di pusat bumi. Dalam pemahaman ini memang Bumi dianggap sebagai pusat alam semesta. Unsur-unsur tersebut akan senantiasa kembali di tempat alamiahnya.
Pemahaman gravitasi sebagai gerak alami bertahan sampai ribuan tahun. Hingga Isaac Newton dalam bukunya Principia pada abad ke-17, menyampaikan paradigma baru tentang gravitasi. Gravitasi berkaitan dengan interaksi massa antara dua benda dan besarnya ditentukan oleh massa dan jarak pisah antara keduanya. Konsep massa ini terbagi menjadi dua, yaitu massa inersia dan massa gravitasional. Massa inersia berkaitan dengan kelembaman suatu benda saat menerima gaya eksternal. Sedangkan massa gravitasional merupakan sifat yang dimiliki oleh suatu benda yang menentukan kuat lemahnya gaya gravitasi saat berinteraksi dengan benda lainnya. Keduanya sebenarnya serupa yang dapat dibuktikan dengan eksperimen. Paradigma gravitasi sebagai gaya juga menegaskan keakuratan Hukum Kepler, meski awalnya Kepler hanya menyampaikan secara matematis atau empiris.
Einstein melakukan suatu terobosan pemikiran pada awal abad ke-20 dengan Teori Umum Relativitasnya. Pada teori tersebut, Einstein tidak lagi menggunakan konsep gaya untuk menjelaskan Gravitasi. Einstein menganggap gravitasi sebagai representasi geometri yaitu kelengkungan ruang-waktu akibat adanya massa dan energi. Paradigma baru ini berhasil menjelaskan fenomena-fenomena astronomi yang sulit dijelaskan dengan paradigma gravitasi sebagai gaya. Fenomena gerak presesi planet dan lensa gravitasi mudah dijelaskan dengan paradigman gravitasinya Einstein. Namun, seiring perkembangan penemuan astronomi dalam kaitannya dengan Lubang Hitam, para ilmuwan mulai berpikir kembali ke Paradigma Gravitasinya Newton.
Pergeseran paradigma tersebut penting dipahami oleh mahasiswa dan siswa. Guru perlu membuka diri dan wawasan agar siswa juga dapat memahami fisika dengan konsep yang tepat. Fisika perlu diajarkan secara inkuiri sebagai pemecahan masalah. Hal ini menjawab pertanyaan Alumni Magister Pendidikan Fisika UAD dan sekaligus ketua Perkumpulan Pecinta Fisika Indonesia (PPFI) Bapak Srianto, M.Pd tentang persepsi siswa terhadap fisika. Fisika masih dikategorikan sebagai pelajaran yang sulit. Ruh fisika adalah problem solving karena mempelajari fisika yang menarik harus mengamati alam sekitar dan mengajak di tempat-tempat bersejarah yang ada hubungan dengan fisika. Kuliah Perdana dan Syawalan dapat dilihat lengkap di kanal youtube Magister Pendidikan Fisika UAD https://www.youtube.com/watch?v=h3D6acyz-1M&t=3548s